Posted on 09 Aug 2025
Back to main article
Posted on 09 Aug 2025

Gen Z punya cara pandang yang unik soal belanja. Buat mereka, beli produk bukan sekadar soal bagus atau nggaknya produk, tapi juga soal nilai yang dibawa brand. Mereka peduli banget sama isu lingkungan dan sosial. Karena itu, brand dengan konsep seperti sustainable marketing jadi makin relevan dan menarik di mata mereka.

Bahkan menurut riset, 73% Gen Z rela keluar uang lebih banyak untuk produk yang sustainable.[1] Ini nunjukin bahwa mereka bukan cuma ngomong, tapi juga bertindak sesuai nilai yang mereka percaya. Dan jangan lupa, populasi Gen Z di Indonesia sekarang adalah mayoritas, dengan 27% dari total populasi.[2] 

Jadi, kalau brand bisa connect sama mereka, dampaknya bisa luar biasa buat pertumbuhan bisnis, Buddies!

Mengapa Gen Z Lebih Peduli dengan Sustainability?

Ini alasan kenapa hal-hal yang mengarah ke sustainability lebih dekat di hati Gen Z:

Akses Informasi Tak Terbatas

Gen Z itu generasi digital native. Mereka terpapar berita dan fakta soal krisis iklim dan isu sosial global sejak dini, lewat internet dan media sosial. Dan semua informasi itu membentuk cara pandang mereka, membuat Gen Z lebih peka dan peduli terhadap sustainability.

Anti Gimmick dan Lebih Suka Transparansi

Sustainable marketing menuntut transparansi serta kejujuran, dan itu sangat cocok dengan karakter Gen Z yang nggak terlalu suka dengan narasi klise atau iklan bombastis tapi kosong. 

Belanja jadi Bentuk Dukungan Nilai

Bagi Gen Z, beli produk itu bukan sekadar konsumsi. Itu cara mereka menunjukkan dukungan pada brand yang punya nilai serupa. Jadi kalau brand kamu mengusung prinsip keberlanjutan, mereka cenderung lebih loyal dan respek.

Sustainable Marketing Bukan Cuma Label “Go Green”

Masih bingung dengan apa yang dimaksud dengan pemasaran berkelanjutan (sustainable marketing)? Sederhananya ini adalah strategi marketing yang menyeimbangkan tiga aspek utama: Profit (keuntungan ekonomi), People (kesejahteraan sosial), Planet (kelestarian lingkungan).

Artinya, bukan cuma soal jual produk ramah lingkungan, tapi juga tentang bagaimana operasional bisnis kamu berjalan dengan bertanggung jawab. Mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga hubungan dengan pekerja dan komunitas sekitar.

Contoh sustainable marketing yang sederhana adalah brand pakaian dengan bahan ramah lingkungan dan bayar upah layak ke penjahitnya. Atau, restoran yang nggak pakai sedotan plastik dan kerja sama dengan petani lokal untuk supply bahannya.

Inisiatif ini dikenal juga sebagai bentuk dari eco friendly marketing, karena fokus pada pengurangan dampak lingkungan dalam seluruh proses bisnis dan pemasaran.

Strategi Praktis Menerapkan Sustainable Marketing untuk Gen Z

Setelah paham kenapa Gen Z peduli, sekarang gimana caranya kita bisa menerapkan sustainable marketing campaigns yang efektif? 

Ini dia beberapa strategi praktisnya, Buddies:

  • Transparansi: Jangan cuma bilang “ramah lingkungan”, tapi tunjukin! Jelaskan proses di balik layar, mulai dari sumber bahan baku, proses produksi yang adil, sampai upaya kalian mengurangi jejak karbon. Gen Z suka banget yang jujur dan apa adanya.
  • Aksi Nyata, Bukan Sekadar Kampanye: Jalankan program yang nyata, seperti pengurangan limbah plastik, donasi untuk konservasi, atau program daur ulang. Berikan bukti dalam bentuk laporan, data, atau konten dokumentasi.
  • Buat Konten Edukatif dan Inspiratif: Jangan melulu jualan. Edukasi audiens soal isu keberlanjutan dan ajak mereka untuk ikut bertindak.
  • Kolaborasi Autentik: Cari partner kolaborasi yang punya nilai serupa. Bisa influencer lingkungan, kreator konten yang concern soal sustainability, atau komunitas sosial.
  • Kembangkan Produk Ramah Lingkungan: Gunakan material daur ulang, kemasan isi ulang, atau desain produk yang tahan lama.

Semua langkah di atas bisa jadi panduan praktis buat kamu yang ingin tahu cara memasarkan produk berkelanjutan dengan pendekatan yang lebih relevan, transparan, dan berdaya tarik tinggi di mata Gen Z.

Jebakan Berbahaya: Pahami dan Hindari “Greenwashing”

Greenwashing adalah praktik di mana sebuah brand seolah-olah terlihat peduli lingkungan, padahal nggak ada aksi nyata atau bukti. 

Praktik seperti ini bukan cuma menyesatkan konsumen, tapi juga bisa menjadi bumerang. Ketika publik tahu klaim itu palsu, kepercayaan konsumen bisa runtuh dalam sekejap.

Cara Menghindarinya:

  • Jangan membuat klaim yang ambigu atau nggak dapat kamu buktikan. Kalau mau bilang “organik”, ya, sertakan sertifikasinya.
  • Pastikan setiap pernyataan punya bukti konkret, mulai dari hasil audit, sertifikasi lembaga tepercaya, sampai laporan dampak yang bisa diakses publik.
  • Ceritakan langkah-langkah yang sudah kamu ambil dan rencana ke depan. Transparansi kayak gini justru bikin brand lebih konsumen percaya.

Jadi, kalau ingin merebut hati Gen Z dan menjadikan mereka pelanggan setia, membangun nilai brand yang kuat adalah kuncinya. Dan sustainable marketing adalah salah satu nilai paling relevan saat ini.

Nah, kalau kamu ingin menerapkannya tapi butuh dukungan strategi yang tepat dan eksekusi yang konsisten, Boleh Dicoba Digital (BDD) siap bantu. Kami punya layanan Performance Creative dan Social Media Management yang bisa bantu kamu menciptakan konten kreatif yang data-driven, serta mengelola semua akun media sosial brand kamu. 

Dengan begitu, kamu bisa fokus ke pengembangan brand dan inovasi produk  yang sesuai dengan sustainable marketing, sementara kami pastikan digital presence kamu berjalan lancar dan penjualan meningkat. Yuk, optimalkan brand kamu bareng BDD!

Related Article

micro influencer bdd
05 Dec 2025

Kekuatan Nano dan Micro Influencer Marketing: Cara Bangun Kepercayaan di Era Digital

Maksimalkan ROI pemasaranmu dengan micro-influencer marketing! Temukan perbedaan macro vs micro influencers, strategi memilih influencer yang tepat, dan tips kampanye efektif untuk tingkatkan kepercayaan pasar.

Read More
impostor syndrome
03 Dec 2025

Bikin Konten Tiap Hari Tapi Minder? Begini Cara Hadapi Impostor Syndrome

Merasa kompeten tapi minder saat bikin konten? Pelajari cara mengatasi impostor syndrome agar percaya diri dan produktif di dunia digital.

Read More
creative burnout
03 Dec 2025

Capek Tapi Harus Kreatif? Ini Akar Masalah Creative Burnout di Dunia Agency

Creative burnout terjadi bukan karena nggak kompeten, Buddies. Cari tahu penyebab, dampak, dan cara mengelolanya dengan strategi sehat

Read More