Posted on 26 Oct 2025
Back to main article
Posted on 26 Oct 2025

Dengan maraknya platform digital, konsumen sekarang nggak lagi bergantung di satu kanal untuk belanja. Ini adalah salah satu alasan kenapa omnichannel e-commerce makin trending di dunia digital.

Beragam platform yang tersedia memberikan konsumen opsi untuk belanja. Mereka bisa lihat produk di Instagram, membandingkan harga di marketplace, lalu selesaikan transaksi di website resmi.

Maka dari itu, bisnis harus hadir konsisten di berbagai kanal sekaligus. Omnichannel e-commerce sendiri punya peran untuk menekankan integrasi agar pengalaman pelanggan lebih mulus, konsisten, dan mudah.

Kalau kamu mau mengembangkan bisnismu, mempelajari strategi ini adalah hal wajib. Jadi, pastikan untuk baca artikel ini sampai habis, ya!

Apa Itu Omnichannel E-commerce?

Sederhananya, omnichannel e-commerce adalah strategi penjualan online yang hubungkan berbagai kanal penjualan dan komunikasi. Strategi ini diterapkan dengan tujuan untuk membuat pengalaman belanja terasa mulus dan konsisten.

Lebih detailnya, dengan strategi ini, semua kanal mulai dari website, marketplace, media sosial, hingga WhatsApp harus terintegrasi di satu alur yang saling mendukung.

Walaupun berintegrasi dengan berbagai kanal, ini beda dengan konsep multichannel. Dalam konsep multichannel, bisnis hanya hadir di banyak platform tapi tidak saling terhubung.

Di sisi lain, ada juga konsep omnichannel retailing. Biasanya, ini diterapkan untuk pengalaman belanja offline dan online secara bersamaan. Sementara itu, omnichannel e-commerce hanya fokus pada integrasi kanal digital.

Supaya lebih paham, ilustrasinya kurang lebih seperti ini. Seorang pelanggan menemukan produkmu lewat Instagram. Lalu, ia melanjutkan pembelian di website. Setelah checkout, mereka mendapat notifikasi pesanan via email atau WhatsApp.

Semua interaksi ini berjalan lancar karena sistemnya sudah saling terhubung.

Mengapa Omnichannel E-commerce Penting?

Seperti yang udah dijelaskan di atas, dengan perkembangan platform digital, konsumen nggak lagi berinteraksi di satu kanal aja.

Mereka bisa mulai dari scroll produk di Instagram, cek detail di website, terus tanya via WhatsApp. Lalu, akhirnya, checkout di marketplace favorit. Nah, di sinilah omnichannel e-commerce jadi penting.

Buat bisnis, ada beberapa manfaat utama, yaitu:

  • Konsistensi brand: Identitas dan pesan bisnismu tetap sama di semua kanal, sehingga pelanggan lebih mudah mengenal dan mempercayai usahamu.
  • Pengalaman pelanggan lebih mulus: Dengan strategi ini, konsumen nggak perlu lagi mengulang dari awal saat pindah kanal. Alurnya terintegrasi, jadi proses belanja lebih nyaman.
  • Meningkatkan loyalitas dan repeat order: Pelanggan cenderung kembali jika mereka merasa dimudahkan dalam setiap interaksi.

Dari pernyataan Shopify, bisnis yang terapkan omnichannel e-commerce mampu tingkatkan engagement pelanggan hingga dua kali lipat dibanding single channel. Maka dari itu, ini bukanlah opsi tambahan, tapi udah jadi kewajiban supaya bisnis tetap kompetitif.

Komponen Utama Omnichannel E-commerce

Supaya omnichannel e-commerce bisa berjalan lancar, bisnis perlu punya fondasi yang saling terhubung. Beberapa komponen wajib untuk menerapkan strategi ini antara lain:

Website E-Commerce

Website adalah pusat integrasi semua kanal. Dari komponen ini, kamu bisa hubungkan data produk, promo, hingga transaksi yang masuk dari berbagai platform.

Marketplace & Social Commerce

Ini bisa mencakup Shopee, Tokopedia, TikTok Shop, dan Instagram Shop. Tentunya, platform tersebut bisa jadi pintu masuk populer untuk perjalanan belanja konsumen. Kamu wajib mengintegrasikan komponen ini ke website agar stok dan harga tetap sinkron.

Channel Komunikasi

Komponen ini punya peran penting untuk menjaga interaksi personal dengan pelanggan. Beberapa platform atau tools yang bisa kamu gunakan antara lain email marketing, WhatsApp API, hingga chatbot.

Pastikan juga untuk memberikan respon cepat di kanal komunikasi supaya pengalaman belanja jadi makin seamless.

Sistem Backend

Komponen ini mencakup inventory, CRM, dan payment gateway. Masing-masing punya peran untuk memastikan operasional berjalan efisien. Tanpa backend yang kuat, integrasi omnichannel akan cepat berantakan.

Apabila komponen-komponen ini digabungkan, UKM maupun bisnis besar bisa membangun ekosistem digital yang lebih solid dan ramah pelanggan.

Baca Juga: 5 Tips Jitu Penerapan Strategi Omnichannel, Dijamin Efektif!

5 Langkah Membangun Omnichannel E-Commerce

Bukan cuma soal hadir di banyak kanal, strategi ini juga tentang bagaimana semua saluran itu terhubung dan konsisten. Untuk memastikan hal itu, berikut langkah-langkah yang bisa kamu terapkan:

1. Riset Pasar & Perilaku Konsumen

Pertama, kamu harus paham siapa target audiensmu dan kebiasaan belanjanya. Pahami mereka sering belanja di marketplace, media sosial, atau langsung di website. Data ini punya peran penting untuk menentukan channel mana yang harus diprioritaskan.

Untuk kumpulkan datanya, kamu bisa pakai survei, data penjualan, hingga tools analitik guna peroleh insight mendalam.

2. Pilih Platform E-Commerce Utama

Setelah mengetahui perilaku konsumen, tentukan platform utama sebagai pusat integrasi. Umumnya, website e-commerce adalah pusatnya.

Website itu bisa berfungsi sebagai hub yang menghubungkan marketplace (Shopee, Tokopedia), social commerce (Instagram Shop, TikTok Shop), dan channel komunikasi.

Dengan website yang solid, kamu bisa mengontrol data maupun konsumen hingga branding dengan mudah. 

3. Integrasi Antar-Channel

Strategi ini cuma bisa jalan kalau semua channel saling terhubung. Makanya, kamu perlu pastikan bahwa sistem sudah terintegrasi, mulai dari inventory, CRM, payment gateway, hingga komunikasi seperti WhatsApp API atau chatbot.

Dengan integrasi ini, pelanggan akan memperoleh pengalaman yang konsisten di mana pun mereka berinteraksi dengan brand kamu.

4. Optimasi Website

Website yang dipakai jadi pusat omnichannel harus dioptimalkan secara teknis dan konten. Ini mencakup SEO untuk meningkatkan visibilitas di mesin pencari, desain mobile-friendly agar nyaman diakses lewat smartphone, hingga speed optimization guna percepat loading.

Pengalaman pengguna yang baik akan meningkatkan konversi penjualan.

5. Gunakan Data untuk Analisis & Strategi

Setiap interaksi pelanggan akan selalu ada data berharga bagi bisnis. Kamu bisa pakai data dari penjualan traffic website, engagement media sosial, hingga laporan CRM untuk mengevaluasi kinerja channel.

Analisis ini membantu dalam membuat strategi pemasaran lebih tepat sasaran. Kamu juga bisa kembangkan kampanye omnichannel yang efektif.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kamu mungkin bisa simpulkan bahwa membangun omnichannel e-commerce butuh strategi matang dan eksekusi teknis secara rapi.

Kalau kamu mau merancang website e-commerce yang terintegrasi ke berbagai channel, tim BDD bisa bantu kamu dengan service website development.

Tantangan dalam Omnichannel E-commerce

Walaupun banyak manfaatnya, strategi ini juga punya banyak tantangan yang perlu diantisipasi. Berikut adalah beberapa hambatan utama yang biasanya dihadapi bisnis saat menerapkannya:

  • Biaya integrasi: Butuh investasi besar untuk teknologi, tools, serta tenaga ahli.
  • Manajemen data: Sulit menggabungkan data konsumen, penjualan, dan inventori dari banyak channel.
  • Kesulitan teknis: Stok barang dan pesanan bisa nggak sinkron antar-platform kalau sistem belum terhubung dengan baik.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa omnichannel e-commerce bukanlah pilihan tambahan. Tapi, strategi ini adalah hal wajib supaya bisnis tetap kompetitif.

Dengan menghadirkan bisnismu di berbagai kanal secara terintegrasi, kamu bisa memberikan pengalaman belanja yang lebih mulus dan konsisten. Pada akhirnya, ini akan mendorong loyalitas pelanggan.

Tentu saja, fondasi dari strategi ini ada di website e-commerce yang solid sebagai pusat integrasi seluruh channel. Nah, kalau kamu mau coba bangun website untuk terapkan strategi ini, tim BDD siap bantu!

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, kembangkan bisnismu bareng BDD!

Related Article

impostor syndrome
03 Dec 2025

Bikin Konten Tiap Hari Tapi Minder? Begini Cara Hadapi Impostor Syndrome

Merasa kompeten tapi minder saat bikin konten? Pelajari cara mengatasi impostor syndrome agar percaya diri dan produktif di dunia digital.

Read More
creative burnout
03 Dec 2025

Capek Tapi Harus Kreatif? Ini Akar Masalah Creative Burnout di Dunia Agency

Creative burnout terjadi bukan karena nggak kompeten, Buddies. Cari tahu penyebab, dampak, dan cara mengelolanya dengan strategi sehat

Read More
strategi digital marketing bdd
27 Nov 2025

Strategi Digital Marketing Paling Ampuh untuk Melesatkan Penjualan Akhir Tahun

Akhir tahun adalah waktu emas untuk bisnis! Pelajari langkah demi langkah menyusun strategi pemasaran digital yang fokus pada konversi tinggi, dari Black Friday hingga Tahun Baru. Terapkan 4 strategi ini sekarang juga!

Read More