Saat ini, bisnis bisa dimulai oleh siapa aja. Ini nggak terlepas dari banyaknya sistem jualan yang memudahkan banyak orang untuk menjalankan bisnis. Sistem bisnis yang cukup populer dan sering kita dengar adalah reseller dan dropship.
Reseller adalah seseorang yang membeli produk untuk dijual kembali kepada konsumen. Sedangkan dropship menjual produk atas nama produsen, artinya mereka hanya sekedar meneruskan orderan yang masuk ke produsen tempat mereka bekerja sama.
Dilihat dari cara kerjanya, keduanya sama-sama menjual produk milik orang lain. Tapi walaupun begitu ternyata, reseller dan dropshipper punya beberapa perbedaan yang mencolok loh, Buddies.
Nah, di artikel ini kita akan bahas perbedaan reseller dan dropship yang mungkin belum kamu tau. Simak, ya!
1. Modal
Dari sisi modal, reseller perlu mengeluarkan sejumlah biaya untuk membeli stok produk dari supplier sebelum mereka menjual kembali produknya. Ini berbeda dengan dropshipper yang nggak perlu modal sama sekali karena mereka nggak perlu membeli produk dari supplier.
2. Cara Kerja
Cara kerja reseller sebenarnya cukup sederhana, mereka menyetok barang, mengelola inventaris dan menjual kembali barang yang dibeli. Sementara dropshipper lebih sederhana lagi karena mereka cuma harus mempromosikan barang untuk menarik minat konsumen. Nantinya, supplier nya lah yang bertanggung jawab untuk menjamin ketersediaan produk dan proses penjualannya. Setelah itu, dropshipper akan mendapat komisi sesuai dengan kesepakatan supplier.
3. Kontrol harga barang
Perbedaan lain yang cukup mencolok dari reseller dan dropship adalah dari sisi kontrol harga barang. Reseller cenderung punya lebih banyak kontrol dan fleksibilitas dalam menetapkan harga barang karena mereka membeli stok sendiri. Berbeda dengan dropship yang kontrol atas harga barangnya terbatas karena ditetapkan langsung oleh supplier.
4. Strategi pemasaran
Strategi pemasaran yang jadi senjata dari setiap model bisnis juga berbeda untuk reseller dan dropship. Reseller biasanya melakukan direct selling atau penjualan langsung kepada konsumen. Di sisi lain, dropshipper lebih banyak bermain di media sosial untuk melakukan promosi dan kepada target audiens.
5. Keuntungan
Dilihat dari segi keuntungan atau profit, reseller cenderung punya keuntungan yang lebih tinggi dari dropship. Kenapa? Karena reseller biasanya mendapat harga barang yang murah dari produsen. Produk murah itu didorong dengan penetapan harga barang yang bisa diatur sendiri sesuai kondisi pasar. Sementara dropshipper menggantungkan keuntungannya lewat pemberian komisi berdasarkan kesepakatan dengan supplier.
Nah itu tadi penjelasan tentang perbedaan reseller dan dropship yang harus kamu tau. Setelah lihat penjelasan di atas, kamu sendiri lebih tertarik jadi reseller atau dropshipper nih, Buddies?
Apapun pilihannya, pastikan semuanya disesuaikan dengan tujuan bisnis kamu ya. Kalau kamu punya modal yang cukup besar dan ingin kontrol penuh atas produknya, kamu bisa pertimbangkan jadi reseller. Tapi, kalau kamu baru terjun ke dalam dunia bisnis dan ingin memulainya dengan modal kecil, dropship bisa jadi salah satu opsi.
Sebagai catatan, baik reseller dan dropship memerlukan strategi marketing yang efektif untuk menarik minat konsumen. Dengan strategi marketing yang on point, kamu berpotensi buat dapetin keuntungan yang besar loh!
BDD Services
Kalau kamu butuh bantuan untuk mengembangkan strategi marketing, kita jagonya nih! Sebagai digital marketing agency, Boleh Dicoba Digital (BDD) menyediakan jasa konsultasi untuk segala kebutuhan bisnismu, termasuk kebutuhan strategi marketing.
Nggak cuma itu, BDD juga bahkan punya banyak services yang bisa kamu pilih dan gunakan sesuai isu di bisnis kamu. Mulai dari Digital Advertising, Web Development, SEO, Growth Hack, Corporate Training, Creative Content Development, sampai Community Development.
BDD diisi oleh para profesional dan industry expert yang sudah lama berkecimpung di industri digital marketing. Jadi, Buddies nggak perlu ragu untuk pake jasa kita. Yuk, langsung aja serahin permasalahan bisnismu ke BDD!