Posted on 19 Jul 2025
Back to main article
Posted on 19 Jul 2025

Content series Gen Z vs Millennials ini awalnya emang sengaja kami bikin buat A/B testing. Menariknya, inspirasi dari konten pertama ini datang dari interaksi tim BDD sehari-hari. BDD bikin seri Gen Z vs Millennials yang ngebandingin dua generasi lewat short vertical video. Tapi ternyata, series ini jadi salah satu performance terbaik kami, dengan total views lebih dari 11 juta, engagement rate sampai 6.2%, dan completion rate yang tembus 75%!

Setelah konten pertama kami berhasil, kami coba gali insight lebih dalam lagi. Performa ini berhasil bukan karena formatnya aja, tapi juga karena kontennya ngena. Ngeselin, lucu, tapi relatable. Hal ini yang nge-trigger orang buat komen, share, bahkan debat di kolom komentar.

Dari sinilah kami sadar kalau konten yang perform bukan cuma soal viral, tapi soal gimana kita bisa ngerti audience behaviour. Nah, BDD rangkum 5 insights penting dari eksperimen ini yang bisa kamu terapin buat content marketing kamu, Buddies!

1. Humor itu Bukan Cuma Gimmick

Menurut riset dari Oracle dan Gretel dalam laporan The Happiness Report (2022), 91% Gen Z dan Millennial lebih suka brand yang witty atau lucu. Tapi lucunya harus kontekstual. Bukan sekadar pake meme yang lagi ngetren, tapi bisa ngeledek diri sendiri atau stereotipe dengan cara yang ringan dan relevan.

Di series Gen Z vs Millennials, konten yang paling tinggi engagement-nya justru yang ngebandingin gaya komunikasi dua generasi ini, dengan nada yang playful. Karena lucunya nggak maksa—malah bikin audiens merasa dilihat, sekaligus ditertawakan (dengan sayang).

2. Pendek, Padat, Punya Hook

Video 40–50 detik bisa tembus completion rate sampai 70% ke atas. Tapi, video berdurasi 3 menit performancenya drop banget, bahkan nggak nyampe 10%.

Artinya? Suka nggak suka, saat ini attention span audiens kita itu relatif pendek. Mereka lebih suka scroll cepat, bahkan skip lebih cepat lagi. Makanya, kalau mau bikin konten yang nempel, jangan muter-muter di depan. Langsung aja ke poinnya.

3. Personalisasi adalah Kunci!

Konten yang performancenya lebih tinggi biasanya bikin audiens ngerasa, “Ih, ini gue banget!” Hal ini ngasih validasi bahwa Gen Z dan Millennial cenderung konsumsi konten yang lebih relevan sama keseharian dan identitas mereka.

Kalau kamu kasih konten atau produk yang terlalu generic, most likely mereka akan skip. Tapi, kalau kamu bisa komunikasiin pakai konteks yang dekat sama kehidupan mereka, potensi konten kamu berhasil bisa makin besar.

Menurut riset dari Idomoo (2023), 81% Gen Z bersedia berbagi data pribadi kalau itu bisa membuat mereka dapet pengalaman brand yang lebih personal. Singkatnya, relevansi = perhatian.

4. Social Value & Identity = Faktor yang Ngaruh ke Engagement

Buat Gen Z dan Millennial, konten yang ngebawa identitas sosial—kayak generasi, minat, atau pandangan hidup—lebih berpotensi dapet engagement tinggi. Di series kami, audiens engage bukan cuma karena lucu, tapi karena kontennya ngewakilin suara mereka.

Menariknya, efek identitas sosial ini juga kerasa di ranah profesional. Menurut data dari Insightful.io (2024), 75% Gen Z bisa banget resign dari tempat kerja kalau merasa value perusahaan nggak align sama mereka.

Artinya, audiens lo nggak cuma beli produk. Mereka juga cari konten dan brand yang bisa ngewakilin siapa mereka dan apa yang mereka peduliin.

5. Konteks Budaya Bikin Konten Lebih Ngena

Konten kayak Ramadan Edition, Music Edition, dan Lebaran Edition punya performa yang bagus karena ada konteks budayanya. Mereka ngasih rasa dekat, bukan cuma info. Kalau kamu tau audiens kamu lagi mikirin apa, dan kamu hadir dengan konten yang relevan, engagement bakal datang dengan sendirinya.

Timing juga penting. Konten dengan konteks budaya yang kuat bisa bantu brand tampil lebih nyambung dan adaptif terhadap momen.

Mau Konten kamu Nempel di Gen Z & Millennials?

Di BDD, kami pake pendekatan berbasis insights & performa. Konten kayak Gen Z vs Millennials ini bukan kebetulan, tapi hasil dari membaca perilaku dan menerjemahkannya jadi konten yang relevan dan engaging.

Tertarik bawa pendekatan ini buat brand kamu?
Yuk ngobrol soal layanan Creative Performance bareng tim BDD!

Referensi:

  • Oracle x Gretel: The Happiness Report, 2022.
  • Idomoo: Does Marketing Personalization Still Matter? Gen Z Says Yes, 2023.

Insightful.io: Gen Z at Work: How to Adapt, Engage & Thrive, 2024.

Related Article

impostor syndrome
03 Dec 2025

Bikin Konten Tiap Hari Tapi Minder? Begini Cara Hadapi Impostor Syndrome

Merasa kompeten tapi minder saat bikin konten? Pelajari cara mengatasi impostor syndrome agar percaya diri dan produktif di dunia digital.

Read More
creative burnout
03 Dec 2025

Capek Tapi Harus Kreatif? Ini Akar Masalah Creative Burnout di Dunia Agency

Creative burnout terjadi bukan karena nggak kompeten, Buddies. Cari tahu penyebab, dampak, dan cara mengelolanya dengan strategi sehat

Read More
strategi digital marketing bdd
27 Nov 2025

Strategi Digital Marketing Paling Ampuh untuk Melesatkan Penjualan Akhir Tahun

Akhir tahun adalah waktu emas untuk bisnis! Pelajari langkah demi langkah menyusun strategi pemasaran digital yang fokus pada konversi tinggi, dari Black Friday hingga Tahun Baru. Terapkan 4 strategi ini sekarang juga!

Read More