Posted on 03 Sep 2025
Back to main article
Posted on 03 Sep 2025

Udah coba pakai Micro Influencer buat campaign, tapi hasilnya masih “B aja”? Atau mungkin udah cobain UGC Ads yang lagi hype, tapi masih bingung beneran efektif atau cuma sekadar tren?

Di 2025, perilaku konsumen digital makin berubah. Audiens makin skeptis, makin selektif, dan lebih percaya pada konten yang autentik ketimbang iklan yang polesan. Sementara itu, budget marketing brand makin ketat, tapi target performa makin tinggi. Jadi pertanyaan besar pun muncul: lebih efektif mana untuk influencer marketing, Micro Influencer atau UGC Ads?

Jawabannya nggak sesimpel pilih salah satu. Yuk, kita bedah satu-satu biar kamu bisa ambil keputusan berbasis insight.

influencer marketing

Kenapa Micro Influencer Masih Relevan di 2025

Micro Influencer (punya 10K–50K followers) sering dianggap underrated, padahal engagement mereka lebih tinggi dibanding para mega-influencer. Menurut Social Cat, Micro Influencers punya engagement rate 1,81%, outperform mid-tier yang 1,24% (selisih 46%). Audiens mereka juga merasa kayak “temen sendiri” yang ngasih rekomendasi jujur.

Buat brand dengan budget terbatas, Micro Influencer jelas lebih efisien. ROI mereka cenderung lebih baik karena biayanya relatif rendah tapi trust yang dibangun tinggi. Mereka juga lebih gampang diajak kolaborasi dengan pendekatan kreatif, tanpa perlu budget miliaran.

Kelebihan Micro Influencer bukan cuma soal biaya. Mereka juga cocok untuk community-based marketing: brand bisa bangun hubungan dengan audiens niche yang spesifik, misalnya pecinta skincare alami, komunitas kopi, atau fashion lokal.

Tapi tentu ada limitasi. Reach Micro Influencer nggak sebesar macro atau mega-influencer. Jadi kalau tujuanmu awareness massal, strategi ini biasanya perlu dipakai banyak-banyak influencer sekaligus biar impact-nya terasa.

UGC Ads: Senjata Baru yang Efektif

Kalau Micro Influencer main di sisi persona, UGC Ads (User-Generated Content Ads) main di sisi konten. Bedanya, konten ini fokus ke kreasi autentik dari audiens yang kemudian di-scale lewat iklan berbayar.

Kenapa pendekatan ini jadi powerful? Karena audiens lebih percaya konten real daripada iklan polesan. Konten buatan user terlihat natural, nyambung, dan gampang bikin orang relate. Menurut data dari EveryoneSocial, UGC-based ads bisa dapet CTR 4× lebih tinggi dan cost-per-click turun 50% dibanding iklan tradisional.  Bahkan, konten ini bisa bikin engagement 28% lebih  tinggi dibanding konten profesional buatan brand.

Banyak brand udah buktiin kalau performanya lebih oke, karena biaya lebih murah tapi memberikan impact lebih besar. Ditambah lagi konten ini fleksibel, karena bisa dipakai lintas platform seperti, TikTok, Instagram, Meta, sampai YouTube Shorts.

Contoh paling gampang: brand fashion lokal bisa produksi 10 konten user dengan gaya berbeda, lalu dipasang sebagai ads. Setelah diuji A/B testing, keliatan konten mana yang paling “gacor”. Dari situ, brand tinggal scale budget ke konten terbaik.

Baca juga: Strategi Influencer Marketing: Raih Hasil Maksimal Lewat Budget Minimal

Micro Influencer vs UGC Ads: Head-to-Head

Kalau kita adu head-to-head, hasilnya kira-kira begini:

AspekMicro InfluencerUGC Ads
ReachLebih niche & targeted, terbatas di follower merekaBisa di-scale massal lewat ads
TrustPersonal, ada figur publik yang jadi wajah brandLebih peer-to-peer, audiens percaya karena real user
EfisiensiBiaya relatif rendah, ROI tinggi di niche marketCost per click lebih murah, scalable untuk performa
ScalabilitySusah direplikasi massal, memerlukan lebih banyak influencerKonten bisa diproduksi banyak & diuji dengan A/B Testing
Use CaseBagus buat brand building, niche community, dan trustBagus buat performance marketing & konversi cepat

Dari tabel ini kelihatan jelas: Micro Influencer unggul di trust & komunitas, sedangkan UGC Ads unggul di scale & performance.

Jadi Buddies, nggak ada one-size-fits-all. Micro Influencer cocok kalau brandmu lagi butuh bangun trust dan hubungan jangka panjang sama audiens.  Sementara konten buatan user yang di-scale lewat iklan lebih pas kalau targetmu konversi cepat, scalable, dan cost-efficient. Di 2025, strategi terbaik justru menggabungkan keduanya: Micro Influencer buat authentic endorsement, UGC Ads buat scalable performance.

Dan kalau ngomongin cara eksekusi, jangan cuma mikirin konten cakep tapi kosong hasil. Di sinilah Performance Creative dari BDD bisa bantu. Kami siap bikin campaign influencer dan UGC Ads yang bukan cuma eye-catching, tapi juga relevan.

Influencer marketing di 2025 bukan soal ikut tren, tapi bagaimana brand bisa menggabungkan trust dan performa dalam satu strategi.

Di sinilah Performance Creative dari BDD bisa jadi partner kamu. Kami bantu brand bikin campaign influencer & UGC Ads yang nggak cuma catchy, tapi juga terbukti efektif. Kalau kamu siap bawa campaign ke level berikutnya, yuk ngobrol bareng tim BDD! 

Sumber:

Related Article

impostor syndrome
03 Dec 2025

Bikin Konten Tiap Hari Tapi Minder? Begini Cara Hadapi Impostor Syndrome

Merasa kompeten tapi minder saat bikin konten? Pelajari cara mengatasi impostor syndrome agar percaya diri dan produktif di dunia digital.

Read More
creative burnout
03 Dec 2025

Capek Tapi Harus Kreatif? Ini Akar Masalah Creative Burnout di Dunia Agency

Creative burnout terjadi bukan karena nggak kompeten, Buddies. Cari tahu penyebab, dampak, dan cara mengelolanya dengan strategi sehat

Read More
strategi digital marketing bdd
27 Nov 2025

Strategi Digital Marketing Paling Ampuh untuk Melesatkan Penjualan Akhir Tahun

Akhir tahun adalah waktu emas untuk bisnis! Pelajari langkah demi langkah menyusun strategi pemasaran digital yang fokus pada konversi tinggi, dari Black Friday hingga Tahun Baru. Terapkan 4 strategi ini sekarang juga!

Read More