Tren musik TikTok sekarang nggak bisa kamu remehkan—lagu bisa viral dalam semalam dan jadi anthem jutaan orang. Pernah dengar lagu di FYP, eh ternyata dari musisi lokal yang baru kamu kenal? Nah, kenapa ada lagu yang meledak tapi yang lain tenggelam?
Yuk, kita bongkar bareng jawabannya, Buddies!
TikTok = Mesin Pembentuk Tren Musik Baru di Indonesia
Photo by pikisuperstar on freepik
TikTok jadi mesin utama tren musik di Indonesia. Selain karena user yang banyak, algoritma TikTok juga dorong konten berinteraksi tinggi ke FYP—apalagi kalau hook lagunya emosional dan relatable.
Promosi musik pun geser total, dari radio dan TV ke video pendek yang emosional dan visual. Dengan 106 juta pengguna aktif,[1] Indonesia jadi ladang subur buat musik meledak hanya dalam hitungan jam.
Kasus Garam & Madu: Viral karena Emosi dan Relevansi
Photo by freepik on freepik
“Garam & Madu” bukan cuma lagu yang lagi naik daun—ini contoh nyata gimana musik dengan beat catchy dan lirik nyeleneh yang mudah diingat bisa tembus ke banyak ruang digital. Potongan lirik “malam chaos ini” jadi soundbite yang gampang dipotong dan diulang di TikTok, meski secara makna dan feel lagu ini sebenarnya nggak terlalu dalam atau menyentuh. Tapi justru di situlah kekuatannya: kesederhanaan dan keanehan yang terasa pas di kepala, bikin orang mau dengerin (dan pakai) berulang-ulang.
Versi speed-up makin ramai dipakai di berbagai TikTok challenge lagu yang inklusif—nggak perlu jago dance buat ikutan tren.
Dalam waktu singkat, lagu ini meroket: 100 juta streaming,[2] 68 juga views di YouTube,[3] dan duduk manis di posisi #1 Top Music Video.
Ini bukti bahwa dengan kombinasi beat yang catchy, lirik yang nyeleneh, visual yang kuat, dan format yang mudah dipakai ulang, sebuah lagu bisa berkembang dari sekadar backsound jadi bagian dari percakapan budaya digital. Bukan karena maknanya yang dalam, tapi karena lagu ini memberi ruang bagi siapa pun buat play around—baik lewat challenge, edit, maupun interpretasi personal.
Aku Udah Lupa: Contoh Lagu yang Ikut Tren tapi Tetap Autentik
Photo by rawpixel on freepik
Setelah “Garam & Madu” merajai daftar sound TikTok populer, muncul “Aku Udah Lupa” yang cerdik memanfaatkan arus—mirip, tapi nggak plek. Nuansa musiknya sejalan, tapi narasi video klip dan delivery-nya punya rasa yang beda.
Lagu ini rilis di timing yang pas, saat audiens masih haus konten serupa, dan kreator early-adopter langsung menangkapnya. Strategi kontennya pun luwes dan engaging.
Meskipun hadir di tengah tren udah kebentuk, lagu ini tetap terasa otentik. Bukti bahwa ikut tren bukan berarti kehilangan karakter—justru bisa jadi jalan pintas menuju awareness yang lebih luas.
Apa yang Bisa Dipetik dari Kasus Ini?
Di balik lagu-lagu viral TikTok, ada pola dan strategi yang bisa banget brand tiriu, Buddies. Yuk, kita kupas pelajarn penting yang bisa jadi senjata konten kamu selanjutnya!
1. Timing is King
Photo by freepik on freepik
Dunia TikTok menunjukkan kalau tren bisa naik pagi, basi sore. Jadi kalau brand kamu masih nunggu “perfect timing”, sorry to say—momen udah lewat. Rata-rata tren di TikTok cuma bertahan 3-4 hari.[4]
Itu artinya, yang gerak cepat bukan cuma kelihatan relevan, tapi juga lebih melekat di ingatan audiens. Perlu kamu ingat, di dunia FYP yang telat bukan cuma ketinggalan, tapi bisa nggak kelihatan sama sekali.
2. Sound Marketing
Photo by DC Studio on freepik
Konten digital yang cukup deras di era sekarang memungkinkan suara jadi identitas sebuah brand yang langsung nyantol di kepala audiens. Lewat jingle ringan, audio cue, atau potongan nada khas, brand bisa eksis tanpa harus hard sell.
Ini yang disebut dengan sound marketing—cara halus tapi efektif bangun kedekatan emosional. Jingle Shopee COD, misalnya, ngaruh ke 62% brand awareness mereka.[5] Musik hits TikTok juga jadi peluang emas buat brand tampil memorable di tengah feed yang penuh persaingan.
3. Remix Culture & UGC
Photo by pikisuperstar on freepik
TikTok hidup dari kreativitas yang siapa aja bisa nge-remix. Brand pun bisa ikutan seru dengan kasih audiens bikin versi mereka sendiri—dari sound, format video, sampai efek.
Ini yang bikin user-generated content (UGC) terasa organik dan nyebar cepat. Konsumen menyebutkan kalau UGC memengaruhi keputusan beli dan 9,8x lebih autentik dari konten influencer. [6] Jadi, makin banyak audiens yang terlibat, makin besar peluang brand kamu jadi bagian dari percakapan yang real.
4. Kolaborasi Musisi/Kreator
Photo by rawpixel on freepik
Salah satu strategi paling luwes tapi efektif buat brand masuk ke feed audiens adalah lewat kolaborasi bareng musisi atau kreator. Kenapa? Karena konten terasa lebih natural dan nggak maksa.
Konsumen juga lebih percaya brand saat kontennya dibagikan oleh orang yang mereka anggap autentik.[7] Jadi, makin relevan kolaborasinya, makin tinggi juga kepercayaan dan exposure yang brand kamu dapatkan, Buddies.
Kalau Musik Aja Bisa Viral, Konten Brand Kamu juga Bisa!
Photo by rawpixel on freepik
Kalau lagu bisa viral gara-gara momen yang tepat dan konten yang nyambung, kontan brand kamu juga bisa, Buddies. TikTok bukan cuma soal joget—ini ruang kreatif yang bisa mendorong impresi dan koneksi real ke audiens.
Biar nggak sekadar tampil, Boleh Dicoba Digital (BDD) siap bantu lewat Creative Performance, Digital Performance, dan SMM. Mulai dari konten yang relatable, distribusi yang tajam, sampai interaksi yang konsisten.
Yuk, wujudkan strategi yang relevan dan impactful—dan bawa brand kamu terlibat langsung dalam tren musik TikTok!