Tren kreatif di Indonesia lagi geser jalur, Buddies. Kalau dulu yang penting viral, sekarang brand mulai sadar—audiens butuh konten yang nggak cuma rame, tapi juga punya makna dan relate sama keseharian mereka. Dari cerita AI sampai cerita hyperlocal, semua ikut ngubah cara brand berkarya.
Di artikel ini, kita bakal kupas tuntas arah baru tren kreatif di Indonesia yang nggak boleh kamu lewatkan tahun ini.
AI: dari Ancaman jadi Teman Main di Industri Kreatif
Photo by rawpixel on freepik
AI sempat ditakutkan akan mengusir kreator dari meja kerjanya. Tapi, sekarang AI malah jadi partner yang bikin proses kreatif makin gesit. Mulai dari brainstorming, nulis copy, sampai bantu visual, AI jadi co-pilot yang bikin tim kreatif kerja lebih lincah.
Studi McKinsey menyatakan bahwa AI bisa ningkatin produktivitas industri kreatif sampai 30%.[1] IKEA juga udah buktiin, pakai AI dan AR bisa membantu pelanggan membayangkan produknya langsung di ruangan mereka.[2]
Brand lokal juga nggak mau ketinggalan. Dari agensi besar sampai kreator individu udah mulai main AI, bahkan ngulik prompt biar output makin sesuai karakter brand. Netray dan Verihubs, contohnya, sukses manfaatin AI buat olah data dan optimasi kerjaan. [3]
Lebih dari apa pun, AI nggak cuma sebuat tool, tapi kunci biar brand tetap scalable tapi relevan dan manusiawi.
Bangkitnya Cerita Hyperlocal yang “Gue Banget”
Photo by freepik on freepik
Viral dan estetik aja nggak cukup, Buddies. Perkembangan tren kreatif di Indonesia nunjukin kalau selain keren, konten juga harus dekat dengan keseharian.
Makanya, kampanye yang pakai motif tradisional, bahasa daerah, atau cerita lokal bisa jauh lebih ngena.[4] Nggak heran, konten yang punya nilai budaya bikin audiens makin connect dan loyal.
Brand Mulai Ninggalin Narasi Generik
Banyak brand di Indonesia mulai sadar, gaya komunikasi yang generik dan kebarat-baratan udah nggak works lagi. Narasi yang terlalu rapi, kaku, dan segaram ala iklan luar seperti “Find Your True Self” atau “Discover the New You” terasa jauh dari keseharian audiens lokal.
Visualnya juga sering banget nunjukin gaya hidup yang nggak semua orang relate. Akhirnya, brand mulai shifting ke tren storytelling lokal yang lebih dekat sama audiens, baik dari sisi bahasa dan visual maupun nilai.
Lihat aja Botanical Essentials. Nggak cuma jualan skincare organik, mereka juga ngangkat isu yang rooted ke kehidupan orang Indonesia: pelestarian alam, keseharian petani lokal, dan nilai keberlanjutan yang terasa nyata, bukan sekadar jargon. [5]
Kampanye #Genesis mereka bukan sekadar pamer produk, tapi bercerita tentang gaya hidup yang makin dekat sama alam. Ini sangat relevan baut audiens lokal yang aware soal sustainability.
Begitu juga dengan HMNS. Alih-alih pakai gaya iklan parfum ala barat yang glamor, cold, dan terlalu artsy, HMNS pilih pendekatan yang personal.[6]
Mereka bawa narasi tentang memori, perasaan, dan cerita yang dekat banget sama keseharian Gen Z Indonesia. Bahkan, di media sosialnya, mereka pakai bahasa casual, logat santai, dan referensi pop culture lokal yang bikin audiens merasa “ini brand gue banget.”
Bukan cuma engagement yang naik, trust dan kedekatan audiens juga makin kuat. Pendekatan seperti ini yang bikin bikin brand terasa lebih real, relatable, dan nempel di hati audiens.
Shifting Mindset: Nggak Cuma Viral, tapi Punya Value
Tren konten kreatif terbaru di 2025 pelan-pelan shifting, Buddies. Brand nggak lagi sekadar ngejar FYP atau likes numpuk tanpa makna, tapi mulai sadar pentingnya trust dan brand equity.
Audiens makin selektif—capek sama konten receh yang viral tapi nggak ngasih value. Studi bahkan nunjukin, konten yang edukatif, inspiratif, atau berbasis komunitas mulai dominan dan lebih impactful.
Akun edukasi di Instagram, misalnya, sukses menunjukkan bahwa 46% audiens merasa kebutuhan informasinya terpenuhi lewat konten mereka.[7] Ruangguru juga memaksimalkan edutainment dalam strategi viral marketing dan berhasil bangun awareness yang kuat di kalangan pelajar.[8]
Lebih jauh, konten kreatif berbasis budaya dengan copywriting yang kuat dan visual yang engaging terbukti meningkatkan minat beli audiens di Instagram. Plus, tools kayak sentiment analysis dan engagement quality sekarang bantu brand ngukur lebih dari sekadar likes.
Brand yang fokus di value dan bukan cuma viral justru dapat efek snowball yang bikin trust dan loyalitas tumbuh secara alami, Buddies.
Main Cerdas di Era Tren Konten AI Indonesia
Kunci main di dunia kreatif sekarang? Simpel: AI, cerita hyperlocal, dan konten yang meaningful. Tapi biar nggak sekadar tahu, brand juga perlu eksekusi yang tepat. Boleh Dicoba Digital (BDD) siap bantu kamu, Buddies!
Mulai dari Creative Development buat ide-ide fresh, Content Strategy yang ngarahin konten biar nggak asal viral, Content Creation yang nyambung sama budaya lokal, sampai AI-Powered Campaign Solutions buat konten yang scalable.